Minggu, 31 Oktober 2021

Lika-Liku Peran Dokter di Tengah Pandemi Perangi Kusta di Indonesia

Bismillahirrahmanirrahim


Pandemi masih belum berakhir, bahkan gelombang dua beberapa bulan lalu melanda. Pandemi gelombang dua ini menuaikan luka dalam hati, almarhum bapak tercinta qadarullah harus berpulang. Sedih, luka dan semua rasa bercampur menjadi satu. Namun harus tetap ikhlas karena ini semua takdir Allah. 


Selain bapak, tentu banyak sekali pasien yang meninggal karena covid - 19 gelombang dua ini, termasuk banyak para tenaga medis yang juga gugur. Tentu saja mereka gugur syahid, In Sya Allah. Dengan gugurnya para dokter sang pahlawan kesehatan ini tentu saja jumlah dokter yang ada di Indonesia alami penurunan. 




Dokter yang sedikit ini ada dampaknya loh, salah satunya adalah tidak maksimalnya pelayanan kesehatan yang dilakukan dibeberapa daerah, apalagi kalau di daerah terpencil. Banyak banget kegiatan kesehatan yang terabaikan, screening yang harusnya dilakukan banyak yang terhambat, salah satunya adalah pelayanan dan screening kesehatan beberapa penyakit menular. Salah satunya adalah penyakit kusta. 


Karena rasa penasaran saya nih terhadap lika - liku peran dokter di tengah pandemi ini dan juga pada harapan saya tentang pelayanan kesehatan terutama pada penyakit menular yang sering dipandang sebelah mata, seperti kusta. 




Saya menyimak dialog ruang publik yang dilaksanakan Radio KBR dengan dua narasumber yang kompeten banget dibidangnya. Yaitu dokter Ardiansyah Bahar selaku pengurus Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan dokter Udeng Daman selaku Technical Advisor NLR Indonesia.


NLR Indonesia itu adalah organisasi non - Pemerintah yang ikut serta mendorong pemberantasan kusta di Indonesia. NLR bertransformasi menjadi entitas nasional agar kinerja organisasi menjadi lebih efektif dan juga efisien menuju Indonesia bebas kusta.


Dialog berbobot ini bertemakan "Lika-liku Peran Dokter di Tengah Pandemi". Acara keren ini merupakan acara yang diadakan KBR bersama NLR Indonesia. Acara yang sangat memberikan awareness kepada masyarakat tentang penanganan penyakit kusta yang ada di Indonesia, terutama ketika pandemi melanda seperti ini. Dan ini merupakan acara ke - 7 yang diselenggarakan KBR. 




Acara ini disiarkan langsung di channel Youtube Berita KBR dan live streaming di 100 radio jaringannya KBR yang tersebar di seluruh Indonesia. 


Mengenal penyakit kusta

KUSTA, APA ITU KUSTA?

Sudah pada tahu dong tentang penyakit kusta ini? Atau mungkin pernah mendengar kata kusta ini? 


Kusta atau lepra ; penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi serta saluran pernapasan. 




Penyakit kusta ini masih banyak yang memandang sebelah mata bahkan stigma masyarakat terhadap penyakit kusta ini dianggap sebagai penyakit yang sangat menjijikan dan disebut aib. Aib yang harus ditutupi. Padahal, semakin menutup diri dan semakin menyembunyikan penyakit ini yang ada bukan makin sembuh. Malah penyakit tambah parah karena tidak ada pengobatan yang dilakukan, padahal penyakit kusta ini harus ditangani dengan segera. 


Stigma buruk masyarakat terhadap penyakit kusta ini kalau saja segera disingkirkan pastinya penyakit kusta ini akan bisa segera disembuhkan. Penyakit kusta ini perlu sekali penyembuhan dan aksi penyembuhan segera supaya efeknya tidak menyebar serius. Efek seriusnya bisa sampai cacat atau disabilitas loh, separah itu yah efeknya? 


Makanya kita harus banget bekerjasama menyingkirkan stigma masyarakat tentang penyakit kusta ini supaya penyakit kusta ini bisa segera diatasi dan tidak menular serta menyebar lebih banyak lagi. Penyakit kusta ini kan disebabkan infeksi bakteri, penyakit karena bakteri ini bisa menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar ketika batuk ataupun bersin.


Penyakit kusta ini bisa menular ketika seseorang terkena droplet dari penderita Kusta dalam waktu lama dan secara terus - menerus. Artinya, bakteri kusta / lepra ini engga bakalan semudah itu menular ke orang lain. Bakteri butuh waktu yang lumayan lama untuk berkembang biak dan menyerang tubuh penderita lain. 


Kenali gejala kusta dan yang menyebabkannya, serta cara pengobatan penyakit kusta


Kenali gejala penyakit kusta / lepra yang mana bisa ditandai degan rasa lemah atau ada mati rasa pada tungkai dan kaki. Selanjutnya diikuti dengan timbulnya lesi pucat, warnanya lebih terang dan menebal pada kulit. Ada juga merasakan mati rasa pada kulit termasuk juga kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan dan rasa sakit. Gejala lain itu ada muncul luka tapi tidak merasakan sakit. 




Ada beberapa faktor yang menyebabkan orang bisa terkena risiko kusta, diantaranya adalah : 

✅ Jika bersentuhan secara langsung dengan hewan yang menyebarkan bakteri kusta/lepra. Seperti simpanse. 

✅  Mengunjungi atau stay di kawasan endemis kusta. 

✅ Ada gangguan pada sistem kekebalan tubuh 


Penyakit kusta ini bisa disembuhkan loh, jadi jangan merasa patah semangat yah untuk para penderita kusta. Namun harus butuh kesabaran yah karena pemeriksaan dan juga pengobatannya harus dilakukan secara tepat. Penderita kusta bisa langsung mengunjungi puskesmas terdekat untuk melakukan pemeriksaan dan nanti akan diberikan pengobatan, secara gratis. 


Penderita kusta itu harus rutin konsumsi obat secara rutin dan tidak boleh terhenti atau terputus, bahkan terlewat sekalipun tidak boleh selama dalam kurun waktu pengobatan tertentu. Setelah pasien konsumsi obat dari puskesmas, di lingkungan rumah engga perlu ada lagi perlakukan khusus karena sudah tidak akan menular lagi, jadi sudah aman tinggal rutinitas konsumsi obatnya saja yang harus rutin. 


Pengobatan kusta ini harus dilakukan secara langsung bertemu dengan petugas kesehatan untuk dicek dan dilihat kondisi kulitnya secara langsung pada bagian yang terinfeksi. Untuk pengobatan kusta ini semua fasilitas kesehatan harus bisa melayani pasien untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.


Bagaimana masalah penyakit kusta di Indonesia? 


Pada talkshow Ruang Publik KBR disampaikan tentang kondisi penyakit kusta di Indonesia. Disebutkan juga data dari Kemenkes bahwa ada beberapa kabupaten yang masih belum mencapai eliminasi. Ada 110 kabupaten di 21 Provinsi yang tersebar di Indonesia. 


Ada banyak faktor yang menyebabkan kenapa masih ada beberapa kabupaten yang belum tereliminasi dari penyakit kusta ini. Alasannya pun bervariasi, diantaranya karena ada pengaruh lingkungan, kebersihan, sosial ekonomi, perilaku hidup bersih dan juga masalah kepadatan penduduk. 




Apa kondisi pandemi ini memberikan pengaruh kepada penderita kusta? 


Ternyata pandemi ini memberikan pengaruh buruk kepada kita semua, termasuk kepada mereka penderita kusta. Karena pengobatan mereka terpaksa harus diputus karena engga bisa mendapatkan layanan pengobatan. Padahal angka efek dari kusta ini terus meningkat. 


Masih banyak daerah terpencil lain yang masih minim tenaga kesehatannya untuk melayani para penderita kusta. Dibutuhkan kapasitas tenaga kesehatan yang lebih banyak untuk daerah, terutama untuk wilayah endemis yang sangat rawan terjangkit penyakit kusta. 


Peran dokter di tengah pandemi 

Gimana nih peran dokter di tengah pandemi gini? Alami penurunan. Ya, ada ketimpangan kapasitas dokter di Indonesia. Rasio jumlah dokter itu masih sangat rendah, hanya 0,4 per 1000 penduduk. Bisa dibilang hanya ada 4 dokter untuk melayani 10ribu penduduk. 


Dalam talkshow, dijelaskan dr Ardiansyah bahwa menurut WHO kondisi ideal dokter dalam memberikan pelayanan kesehatan itu adalah 1:1000 penduduk. Duh, ini beneran angka yang jauh banget dari jumlah dokter yang ada di Indonesia pada masa ini. Pada masa ini, dokter terus berkurang, hiks ini sungguh kenyataan yang menyedihkan yah. 


Untuk atasi masalah ini, butuh peran dari pemerintah untuk melakukan dan meningkatkan serta mendistribusikan tenaga kesehatan ke daerah - daerah terpencil. Yang jadi kendala itu adalah masalah keamanan & kurangnya pendidikan untuk mereka yang ditugaskan ke daerah terpencil. 


Dokter Udeng menyampaikan bahwa NLR Indonesia memberikan rekomendasi untuk penguatan tenaga kesehatan dalam tangani masalah penyakit kusta ini, diantaranya adalah : melakukan distribusi di daerah endemis tinggi yang perlu diprioritaskan, meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan kepada pasien kusta, para dokter seharusnya mengikuti pelatihan secara formal tentang penanganan kusta, para tenaga kesehatan di daerah non endemis jangan sampai lalai dan harus selalu siaga.


Peran IDI (Ikatan Dokter Indonesia) pun harus dilakukan, dijelaskan dokter Ardiansyah tentang beberapa program yang dicanangkan oleh IDI untuk menguatkan kapasitas dokter, secara kualitas dan kuantitas. 


Dokter Udeng juga menjelaskan tentang strategi pendekatan 3Zero dari NLR sebagai penanganan penyakit kusta. 


3Zero itu apa? 

3Zero itu adalah zero transmission (nihil penularan), zero disability (nihil disabilitas) dan zero exclusion (nihil eksklusi). 

Kemitraan dan juga penambahan kapasitas tenaga medis pun menjadi strategi yang penting supaya penanganan penyakit kusta bisa lebih optimal. Ini dibutuhkan kerjasama & sinergi dari kita semua supaya Eliminasi Penyakit Kusta 2024 nanti bisa tercapai. 


Semoga semua harapan dan impian tentang eliminasi penyakit kusta ini bisa segera teratasi dengan baik dan tidak ada lagi stigma masyarakat yang buruk terhadap penyakit kusta. Mulai dari lingkungan kita nih harus beneran berusaha dan terus berusaha supaya harapan ini tercapai dengan sempurna. Aamiin.


Gimana nih usahamu dalam melakukan harapan ini untuk eliminasi penyakit kusta 2024 ?



With love,



Tian Lustiana 


1 komentar

  1. Masalah kesehatan dokter andil di garda terdepan untuk mengatasi masalah ini apalagi sejak pandemi ini.

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung dan meninggalkan komentar. Mohon maaf komentarnya dimoderasi, oiya kalau komentarnya ada link hidup dengan berat hati saya hapus komentarnya yah.
EmoticonEmoticon